Model menggunakan Gaun busana pengantin karya Sally Koeswanto dalam ajang Jakarta Fashion and Food Festival di Kelapa Gading, Jakarta, kamis (17/5). |
Jakarta - Sebastian Gunawan dikenal memiliki kekuatan dalam membuat gaun. Gabungan elegan, keindahan, mewah, dan glamor merupakan identitasnya, baik dalam koleksi Votum (second line) maupun Sebastian''s (pret a porte), yang dirilis pada 2000.
Dalam label Sposa, merek khususnya untuk busana pengantin, Seba menampilkan koleksi yang kaya detail, mewah, dan atraktif. Dengan demikian, dalam Sposa (dalam bahasa Italia artinya pasangan) yang didirikan pada 2006, kesan eksklusif tetap terjaga. Ini tetap bisa dilakukan sekalipun Sposa mengambil kelas medium bagi wanita muda.
Dalam busana yang diperagakan dengan tema "Exceptional Soirée" di Plaza Indonesia Wedding Inspirations, Seba memperlihatkan gaun yang terinspirasi gaya klasik. Gaun menggunakan petticoat (pakaian dalam wanita yang di bawah rok, terpisah dari rok luar), mirip putri bangsawan pada abad ke-18 dan ke-19.
Detail bahan berupa lipatan-lipatan kotak warna off white terlihat pada bagian kedua lengan sampai bahu dan rok. Leher dan punggung atas dibiarkan terbuka.
Dalam acara yang sama, Sapto Djojokartiko mengambil tema "Pretty In Lace". Desainer yang pernah mempresentasikan kreativitasnya (busana tema "Calon Arang") berdasarkan observasi terhadap buku karya Pramoedya Ananta Toer, Cerita Calon Arang, ini memilih kain lace motif bunga yang ditekuk pada bagian dada dan lipatan besar di bagian bawah gaun warna cokelat muda. Bagi lulusan Esmod pada 1998 ini, gaun pengantin tak harus putih.
Namun warna putih (dengan kesan modern, sederhana, dan manis) dipertahankan oleh Tri Handoko. Judul koleksinya saja White and Elegant. Perancang busana asal Blitar, Jawa Timur, ini hanya memberi aksen kimono pada bagian kiri gaun panjang dengan bahan lemas dan jatuh.
Ia dikenal memiliki naluri minimalis dan kerap menggunakan warna-warna monokrom. Busana rancangannya merupakan hasil eksplorasi siluet dan kerap memilih warna dasar putih untuk merealisasi imajinasinya.
Handoko, yang pernah bekerja untuk desainer terkemuka seperti Alex A.B. dan Biyan, adalah lulusan sekolah seni visual dan desain mode di Australia serta alumnus Sekolah Mode Susan Budihardjo.
Pemilik label busana "Tri Handoko" yang dirilis pada 2002 ini pernah dinobatkan sebagai desainer pendatang baru dalam ajang Nokia Fashion Award 2004 dan desainer favorit dalam Mercedes Benz Fashion Festival 2004.
Selain memberi terjemahan berbeda dalam gaun pengantin, tiga desainer ini memilih 40 koleksi perhiasan berlian Mondial untuk ditampilkan bersama.
Sumber : TEMPO.CO
0 comments:
Post a Comment