Your Ad Here

Thursday, June 7, 2012

Sel Saraf Otak Manusia Berkurang Setelah Dilahirkan

Sel Saraf Otak Manusia Berkurang Setelah Dilahirkan
Jakarta, Sel-sel pada organ tubuh manusia seperti otot, tulang dan sel-sel lain cenderung bertambah banyak sejak dilahirkan seiring pertambahan usia. Namun hal ini tidak berlaku pada organ manusia yang paling penting, yaitu otak. Sel-sel saraf otak manusia diduga mengalami pengurangan setelah lahir ke dunia.

Sebuah penelitian baru dari Harvard menemukan bahwa neuron atau sel saraf tidak bertambah banyak seiring pertambahan usia, namun berkurang jumlahnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Para peneliti telah menemukan bukti bahwa neuron yang berkembang di otak tikus sebelum kelahiran secara bertahap dipangkas untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan.

"Saat pertama kali dilahirkan ke dunia, mamalia hampir tidak dapat melakukan apa-apa. Dan otak saat itu memiliki sambungan sel saraf yang amat banyak. Melalui pengalaman, otak memilih sirkuit tertentu dan sel-sel saraf yang sudah ada bisa saja hilang," kata peneliti, Jeff Lichtman, Profesor Biologi Molekuler dan Seluler dari Jeremy R. Knowles seperti dilansir Medical Daily, Jumat (8/6/2012).

Para peneliti mempelajari otak tikus sebelum dan sesudah dilahirkan. Mereka menemukan bahwa otak memiliki sambungan yang lebih kuat sebelum lahir namun melemah beberapa minggu setelah kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa otak hanya mempertahankan beberapa sambungan saraf namun memangkas sambungan lainnya. Pemangkasan ini diduga berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki.

"Kami pikir pengalaman memungkinkan beberapa sel saraf untuk bertahan hidup dan sebagian besar menghilang. Gambarannya seperti melihat tanaman peneduh. Pohon ini beberapa bagian terpangkas dengan sendirinya. Tapi di bagian yang terpangkas ini tumbuh beberapa cabang yang lebih sedikit. Pohon ini memilih sendiri cabang mana yang akan dipertahankan atau tidak," kata Lichtman.

Selanjutnya, peneliti ingin mempelajari bagaimana keputusan untuk mempertahankan sambungan ini dibuat. Hal ini bisa memungkinkan peneliti untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang autisme dan gangguan lain.

"Banyak orang yang mengaitkan masalah otak dengan autisme. Bisa jadi, itu adalah gangguan di mana sambungan yang seharusnya dipangkas tapi tetap dipertahankan sehingga rangsangan yang diterima jauh lebih kuat dari yang seharusnya. Ada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme yang tidak dapat berjalan tanpa alas kaki di atas rumput karena katanya terasa menyakitkan," kata Lichtman.

Penelitian ini membuka banyak pertanyaan mengapa otak lebih memilih untuk memangakas beberapa sambungan dalam sel sarafnya. Menurut Lichtman, otak manusia cenderung menyesuaikan diri dengan lingkungan daripada menjaga sambungan sel saraf yang sudah ada.

Inilah sebabnya mengapa manusia modern saat ini berperilaku berbeda dari manusia yang ada pada seribu tahun yang lalu. Tetapi seekor lalat dari jaman dahulu hingga sekarang mungkin tetap bertindak dengan cara yang sama.

Sumber : detik.com

0 comments:

Post a Comment